Kolom

Kepemimpinan yang Ideal Menurut Ibnu Khaldun

PCINU Tunisia – Konsep kepimimpinan perlu dipahami setiap orang, karena setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin. Apalagi, dengan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap orang dari masa ke masa, hal ini memicu gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Setiap gaya kepemimpinan memiliki cara-cara tertentu dalam mencari jalan keluar suatu masalah.

Kepemimpinan biasanya diartikan sebagai proses memengaruhi kegiatan yang diselenggarakan dalam kelompok dan upaya mereka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam hal ini, ada beberapa kekuatan yang harus dimiliki pemimpin agar dapat memengaruhi kelompok untuk mengikuti keinginannya, yaitu berupa ancaman, bujukan, penghargaan dan otoritas.

Siapa pun bisa menjadi pemimpin, karena yang dilihat pada seorang pemimpin adalah achieved status, yaitu usaha dan kerja keras yang dilakukan seseorang sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menjadi pemimpin.

Seorang pemimpin menurut Ibnu Khaldun adalah seseorang yang menganggap kekuasannya sebagai amanah dari Allah SWT. Sehingga pelaksanaan kekuasannya dianggap tidak lain sebagai bentuk pengabdian kepada-Nya.

Ibnu Khaldun, salah satu pemikir islam yang paling banyak disoroti para akademisi barat berkat kejeniusan pemikirannya yang memukau. Tokoh sejarawan islam yang lahir di Tunisia ini, sudah banyak menyebarkan tulisan-tulisan dan pemikirannya ke dunia. Karyanya yang paling terkenal adalah Muqaddimah.

Dalam kitab Muqoddimah bab pertama, Ibnu Khaldun mengatakan “anna al-ijtimaa’a al-insaaniyya dhoruriyyun” Melalui pernyataanya, Ia menyatakan bahwa organisasi kemasyarakatan adalah keniscayaan bagi manusia mengingat kodrat manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Ia masih membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Ini yang kemudian Ibnu Khaldun katakan dengan “Al-insan madaniyyun bi al-thob’i.”

Begitu juga dalam berorganisasi, karena salah satu tujuan organisasi adalah mencapai tujuan bersama, maka untuk bisa menjalankan program yang telah disepakati perlu adanya kerjasama dan solidaritas yang kuat antar anggota. inilah yang dimaknai Ibnu Khaldun dengan konsep ‘Ashabiyah atau solidaritas golongan.

Menurut Ibnu Khaldun pemimpin harus mempunyai sifat solidaritas yang kuat. Tanpa solidaritas maka seorang pemimpin akan sulit memperoleh legitimasi dan tidak akan dapat bertahan memimpin kelompok tesebut. Karena itu, kuat dan lemahnya suatu organisasi tergantung pada solidaritas kelompok.

Kesimpulannya, kepemimpinan yang ideal di zaman sekarang adalah kepemimpinan yang lebih menekankan pada pendekatan sosial dan budaya. Tidak lagi dengan ancaman dan bujukan. Hal ini dapat ditegakkan dengan dua cara yaitu, sifat solidaritas dan kerja sama, karena menurut Ibnu Khaldun, kerja sama adalah hal yang urgent dan menjadi salah satu pondasi peradaban.

Nurul Najma Kamila Hasyim, Mahasiswi Universitas Az-Zaitunah Tunisia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button