Kolom
Trending

Imam Ibnu Tin al-Safaqisi, Pakar Hadis Asal Tunisia yang Terlupakan

PCINU Tunisia – Sumber pengetahuan yang bersifat naqli merupakan acuan yang paling otentik dan pilar dari sebagian besar ilmu yang dibutuhkan manusia. Selain al-Qur’an, umat Islam pun wajib menyadari pentingnya menjaga hadis Rasulullah yang memiliki peranan strategis sebagai sumber ajaran Islam.

Oleh karenanya, para ulama dari generasi ke generasi menaruh perhatian besar terhadap hadis, baik dari segi periwayatan, penulisan, kodifikasi, syarah (penjelasan), ataupun karangan-karangan yang memuat berbagai macam cabang ilmu hadis. Salah satu tokoh pakar hadis paling berpengaruh yang hidup di akhir periode klasik dalam peradaban islam ialah Imam Ibnu Tin al-Safaqisi (الإمام ابن التين الصفاقسي)

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abd al-Wahid ibn Umar ibn Abd al-Wahid ibn Tsabit Ibn al-Tin al-Tunisi al-Safaqisi. Ia lahir dan hidup pada pertengahan abad ke 6 Hijriah di kota Safaqis/Sfax, Tunisia. Belum diketahui secara pasti kapan Ibnu Tin lahir dikarenakan sedikitnya referensi yang menyebutkan tentang biografinya. Beliau wafat di kampung halamannya pada tahun 611 Hijriah/1214 Masehi, dan makamnya masyhur disana.

Syekh Mahmoud Maqdish dalam kitabnya nuzhat al-anzhar mengatakan “Dan diantara syekh terkenal asal Sfax adalah Sidi Abd al-Wahid Ibn al-Tin, ketenarannya cukup untuk menceritakan keunggulan yang dimilikinya, dan syarah hadisnya pun masyhur, terlihat didalamnya ia memiliki perhatian lebih terhadap ilmu fiqih dengan ungkapan yang elok dan isyarat yang halus. Ia wafat pada tahun 611 Hijriah. Makamnya terkenal di depan pusara Imam al-Lakhmi, senantiasa diziarahi dan dimintai berkah”.

Ibnu Tin mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dan mapan dalam ilmu-ilmu syariat, khususnya ilmu hadis. Hal ini terlihat jelas melalui berbagai riwayat atau kutipan dari pandangan Ibnu Tin mengenai pembahasan hadis yang termaktub dalam kitab-kitab para Imam atau pensyarah hadis tersohor, khususnya Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab syarah monumentalnya fath al-bari bi syarh shahih al-bukhari yang ketenarannya hingga seantero dunia islam. Pembaca kitab ini niscaya akan seringkali menjumpai perkataan Ibnu Tin, karena Ibnu Hajar mengutip didalamnya pendapat-pendapat Ibnu Tin lebih dari sembilan ratus kali, ada kalanya hanya mengutip, terkadang pula menafsirkan, dan sesekali ia juga mengkritik.

Selain Ibnu Hajar, gagasan dan pemikiran Ibnu Tin juga dijadikan pijakan dan rujukan utama oleh beberapa ulama hadis terkemuka, seperti Syekh al-Mubarakfuri dalam kitabnya tuhfat al-ahwadzi bi syarh jami’ al-tirmidzi, Imam al-Suyuthi dalam tanwir al-hawalik syarh ‘ala muwatta malik, kemudian Imam al-Zarkasyi dalam al-tanqih li afazh al-jami’ al-shahih, serta Syekh Ibnu Rashid al-Sibti dalam syarahnya dan lain-lain.

Ibnu Tin juga dianggap sebagai salah satu pensyarah pertama al-Jami’ al-Shahih karya Imam al-Bukhari, dan ia menguraikannya dalam enam bagian. Ada beragam pendapat mengenai nama kitab syarahnya, namun yang paling masyhur adalah al-mukhbir al-fashih al-jami’ li fawaid musnad al-bukhari al-shahih. Inilah satu-satunya karangan Ibnu Tin yang dikenal dan menjadi referensi pokok bagi para pensyarah hadis yang datang setelahnya.

Kitab al-mukhbir al-fashih memiliki beberapa ciri khas dan karakteristik yang mencolok. Dr. Nisrin binti Abdillah menyebutkannya dalam makalah yang bertajuk Manhaj al-Imam Ibn al-Tin fi kitabihi al-Khabar al-Fashih al-Jami’ li Fawaid Musnad al-Bukhari al-Shahih, diantaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, Ibnu Tin menggunakan metode ilmiah dalam syarah hadisnya dan memiliki keistimewaan dari berbagai aspek. Ia mengkombinasikan antara ilmu hadis dan fiqih, memulai syarahnya dengan menyebutkan teks hadis secara lengkap sebagaimana yang tercantum dalam shahih al-bukhari, selanjutnya ia menyebutkan kondisi para perawi dan riwayat hidupnya, setelah itu menerangkan yang samar dalam suatu permasalahan, dan menganalisa tiap lafazh hadis kemudian menjelaskannya.

Kedua, Ibnu Tin menampakkan keahliannya di bidang fiqih dan berbagai persoalan fiqih. Ia mengemukakan suatu permasalahan kemudian menyebutkan pandangan dari 4 madzhab, setelah itu mendatangkan dalil-dalil tiap madzhab kemudian menyebutkan pendapat mayoritas ahli fiqih pada persoalan tertentu. Pada aspek ini Ibnu Tin lebih mengutamakan pendapat Imam Malik dan para muridnya sebagaimana madzhab yang ia anut, dan juga memiliki perhatian khusus terhadap pemikirannya begitupun dengan tarjih madzhab ini.

Ketiga, Sangat memerhatikan sisi bahasa dan nahwu. Karena itu, banyak para pensyarah hadis setelah Ibnu Tin yang mengandalkannya ketika mengakurasi kata tertentu, hal tersebut terlihat pada saat Ibnu Tin menampilkan bab-bab yang terjadi perbedaan pendapat pada lafazhnya.

Keempat, Menyebutkan berbagai macam tafsir dan qira’at yang tertera dalam suatu kata, kemudian menerangkannya dan diorientasikan pada bahasa dan nahwu melalui kitab-kitab ahli bahasa.

Sayangnya, kepribadian dan karya Imam Ibnu Tin kurang mendapat perhatian yang sesuai dengan tingginya status keilmuan beliau, dan hal ini terutama disebabkan oleh hilangnya sebagian besar naskah karyanya. Hanya ada manuskrip dari beberapa bagian dan halaman syarahnya, mulai dari kitab al-hajj sampai kitab al-gashab yang disimpan dan dijaga di Perpustakaan Nasional Tunisia dengan nomor 18474, adapun salinannya diarsipkan dengan nomor 7102.

Syekh Muhammad al-Habib al-Salami berpendapat bahwa kitab Ibnu Tin terdiri dari 6 bagian, namun sangat disayangkan naskah aslinya disimpan secara terpisah-pisah dan belum dihimpun di satu perpustakaan, ketika mengetahui bahwa salah satu bagiannya terdapat di Perpustakaan Matmata, ia segera meminta kementrian kebudayaan untuk menggabungkannya ke Perpustakaan Nasional Tunisia, namun tidak ditindaklanjuti. Begitupun salinan naskahnya, Ustadz Husni Abdul Wahhab mengaku bahwa ia menyimpan salinan dari bagian ke 4, dimulai dari kitab al-hajj hingga kitab al-mazhalim.

Sampai saat ini, manuskrip tersebut belum di tahqiq secara utuh sehingga tidak memungkinkan untuk dicetak, diterbitkan, ataupun dipublikasikan. Menurut penulis, hal ini tentu menjadi faktor utama yang menyebabkan sulitnya masyarakat dan para pelajar untuk mengenal sosok Ibnu Tin dan menelaah karya agungnya.

Dzar ghifari Ramadhan, Mahasiswa Universitas Az-Zaitunah dan Pengurus LAKPESDAM PCINU Tunisia 2022-2024

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button