![](https://www.pcinutunisia.co.id/wp-content/uploads/2025/01/nucare-–-sehat_20250123_203848_0000-780x470.png)
PCINU Tunisia – Setelah satu abad, kini Nahdlatul Ulama (NU) dianggap sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang masih mampu menunjukan eksistensi hingga perannya dalam tingkat nasional maupun internasional. Perpaduan yang harmonis antara corak tradisional dan kemoderenan menjadikanya sebagai organisasi yang memegang teguh sikap moderat tanpa menghilankan tradisi dalam paham beragama. Mulai dari kyai kampung yang berinteraksi langsung dengan masyarakat multikultural, sampai cendekiawan NU yang selalu berkontribusi dalam upaya menanggapi dan memberikan solusi berbagai krisis global yang melanda. Keduanya mampu memainkan peran yang cukup apik dalam mewujudkan cita-cita melestarikan peradaban umat.
Dalam ranah kebangsaan Indonesia, berbagai kiprah dan upayanya telah dilakukan oleh NU, mulai dari lahirnya bangsa Indonesia hingga perjalananya sampai dewasa ini, NU masih terus memainkan peranya dalam mempertahankan kebinekaan bangsa dan kesatuan Indonesia. Kehadiran NU dianggap sebagai solusi ditengah-tengah kemajemukan masyarakat yang mampu mengejawentahkan nilai-nilai Islam untuk kemaslahatan ummat. Keharmonisan antara agama dan negara terus dilakukanya demi mewujudkan kemakmuran dan cita-cita bangsa Indonesia. Sikap moderat dan rasa nasionalisme kepada bangsa menjadi ciri khas dan pilar utama bagi warga Nahdliyyin dalam beragama dan bernegara. Hal ini dibuktikan dengan jargonnya Hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air adalah bagian dari iman) yang lahir dari KH. Hasyim Asy’ari.
Membangun tradisi keagamaan dan sikap toleran dengan kebinekaan bangsa, membuatnya dinilai matang oleh publik dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hal ini memunculkan apresiasi publik yang diiringi dengan kepercayaanya kepada NU dengan besarnya pengaruh serta suksesnya cita-cita NU dalam menjaga dan merawat bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman. Catatan Sejarah pun telah menggoreskan garis perjuangan NU dalam ranah kebangsaan bagi negara Indonesia, mulai dari fase perjuangan kemerdekaan sampai perjalananya saat ini.
Pada fase reformasi pun NU tetap berkomitmen dalam menghadapi isu-isu kebangsaan. Hal ini tampak pada keputusan muktamar ke-27 NU di Situbondo, Jawa Timur, tahun 1984 yang menyatakan penerimaanya terhadap Pancasila sebagai satu-satunya asas ideologi negara. Selain itu, komitmen NU terhadap UUD 45 sebagai kehidupan kebangsaan juga tidak luput di gaungkan pada Rapat Akbar NU yang digelar pada 1 Maret 1992. Catatan Sejarah ini, menjadikan kepercayaan publik kepada NU semakin kuat untuk terus berkontribusi dalam membangun kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
Menurut laporan jejak pendapat “Kompas” yang dilakukan pada tahun lalu, menunjukan 81,1 persen responden meyakini bahwa NU di usianya yang memasuki satu abad, akan semakin berkontribusi besar pada perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi ini. Tetapi dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat dan kualitas kesehatan, NU masih belum optimal bergerak didalamnya. Karena itu, NU sebagai organisasi yang berkerja dalam bidang keagamaan, sosial, dan politik, diharapkan dapat mempertajam peran serta kontribusinya yang merata di berbagai bidang.
kancah global, Peran NU juga dianggap terus bergerak optimal dalam menghadapi isu-isu dunia. Terbukti kontribusi yang dilakukannya sudah menjadi pekerjaan utamanya semenjak kelahiran NU itu sendiri, mengingat kelahiranya itu tidak bisa terpisahkan dengan sejarah peradaban islam di dunia. Berangkat dari pembentukan komite hijaz yang ditandai dengan peristiwa runtuhnya khalifah utsmaniyah dan penyerbuan wilayah makkah oleh kaum wahabi, telah memicu kesadaran para ulama untuk mempertahankan dan melestarikan paham keagamaan yang berlandaskan “Ahlussunah wal jama’ah” (Aswaja) di tingkat nasional dan internasional. Hal ini tampak pada proposal para ulama NU yang diajukan kepada raja Ibnu Saud sebagai penguasa mekkah pada waktu itu, dengan beberapa permohonan yang mewakili aspirasi ummat islam Indonesia berhalauan Aswaja, sebagai respon terhadap perkembangan dunia internasional.
Seiring berjalanya waktu, peran NU dalam kancah internasional pun semakin meluas. Mengingat kemajuan era di setiap periodenya dan banyaknya krisis yang menjadi problem seluruh dunia, membuat NU tidak hanya bergerak dalam ranah keagamaan saja, akan tetapi selalu menjadi garda terdepan dalam memberikan solusi pada dunia internasional. NU sangat berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia yang sampai saat ini masih menjadi problem terbesar yang melanda di berbagai belahan dunia.
Dapat kita lihat secara historis, bahwa NU telah menjadi penggerak perdamian dunia secara dinamis dari masa-kemasa era kepemimpinanya. Mulai dari kepemimpinan KH Ahmad Shidiq dalam upaya menggerakan Konferensi Islam Asia-Afrika pada 1965 maret sampai berlanjutnya estafet perjuangan ini di masa setelahnya. Sayap kontribusi NU dalam kancah internasional semakin berkibar dibawah pimpinan KH Abdurrohman Wahid (Gus Dur) yang menjabat sebagai presiden world Conference on Religion and Peace (WCRP). Dengan pergerakan pemikiranya yang progresif, Gus Dur mengupayakan untuk mencapai perdamaian dunia sebagai kenyataan yang diperlukan.
Pada era kepemimpinan selanjutnya, perjuangan di kancah internasional terus diupayakan oleh NU. Pada masa Reformasi dibawah naungan KH Hasyim Muzadi telah menggelar International Conference of Islamic SCHOLAR (ICIS). Adapun pada era KH Aqil Siroj, lahirlah upaya lain dalam melanjutkan estafet besar ini. Sebuah upaya dalam mendorong perdamaian dunia internasional, dengan pembentukan Agenda International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) pada 9 -11 Mei 2016, yang diikuti dari berbagai negara, terutama Timur Tengah, Amerika, Australia dan Eropa.
Ikhtiyar upaya sebagai tanggung jawab organisasi keagamaan terbesar di dunia internasional terus dilakukan. Berbagai proyek untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat internasionalpun diperluas. Sebuah ikhtiyar perwujudan perdamaian dunia pada kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) selaku ketua PBNU saat ini telah menginisiasi kesadaran para pemimipin dan tokoh agama di dunia. Hal ini dibuktikan dengan terselenggaranya Forum R-20 sebagai bagian upaya dalam mengajak para tokoh agama untuk ikut andil pro aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia internasional. Mulai dari konflik antar pemeluk agama, penyalahgunaan politik identitas, rasialisme dan berbagai persoalan masa kini.
di tengah-tengah umurnya yang telah mencapai satu abad pada kepemimpinan Gus Yahya saat ini, NU terus berkerja untuk mewujudkan indonesia maslahat dengan berkerjasama dengan umat, demi terus merawat jagat dan membangun peradaban di tingkat nasional maupun internasional. Dengan mengusung tema “berkerjasama ummat untuk Indonesia maslahat” dalam harlahnya pada tahun 2025 ini, NU berkomitmen dapat merelevansikan nilai-nilai agama dengan kebangsaan untuk mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan di berbagai aspek kehidupan masyarakata secara keseluruhan. Termasuk Pendidikan sosial, ekonomi, Kesehatan dan keagamaan di seluruh lapisan elemen masyarakat.
Penulis: Muhammad David Ibrahim, Mahasiswa S1 Universitas az-Zaitunah.
Editor: Nuril Najmi Kamilia Suganda