Kolom

Pemikiran Gus Dur dalam Membumikan Pesantren

PCINU Tunisia – Disadari atau tidak, pendidikan Islam dewasa ini seperti tidak dianggap atau termarjinalkan dan tidak mampu bersaing secara kompetitif. Melihat semakin berkembangnya pendidikan di Indonesia, terlebih dengan hadirnya teknologi yang canggih.

Kita tau bahwa pendidikan merupakan kunci pembuka sosial untuk mengimbangi laju perkembangan ilmu dan teknologi. Maka, cepat atau lambat pendidikan akan terus dituntun untuk mengikuti perkembangan zaman.

Pendidikan memiliki peran, fungsi, dan tujuan untuk membentuk manusia yang berkembang menjadi insan kamil, yaitu manusia yang mempunyai kapasitas yang mampu menyeimbangkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual.

Dalam hal ini, erat kaitannya dengan pemikiran Gur Dur tentang pendidikan Islam. sebagai seorang penggerak kebangsaan sekaligus Kiai, Gus Dur menyebut bahwa pendidikan Islam di Indonesia dituangkan pada pesantren sebagai salah satu institusi tua yang berkembang pertama kali di Indonesia.

Pengajaran yang diberikan di pesantren yang kita tau ialah tafaqquh fid-din atau penanaman nilai-nilai luhur keagamaan. Selain itu prinsip pesantren adalah al muhafadzah ‘ala al qadim al shalih, wa al akhdzu bi al jadid al ashlah, yaitu tetap menjaga tradisi atau warisan yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.

Dalam catatan Gus Dur di Buku Menggerakkan Tradisi : Esai-Esai Pesantren menyebut pengajaran yang diajarkan di pesantren ialah  bersifat aplikasi yang harus diterjemahkan dalam perbuatan maupun amalan sehari-hari.

Menariknya pemikiran-pemikiran Gus Dur dalam buku tersebut sangat cocok untuk dibaca dan dipelajari oleh kalangan para guru (asatidz) ataupun para santri. Karena Gus Dur selalu punya cara pandang menarik mengenai berbagai hal dan pandangan tersebut selalu relevan dengan kehidupan.

Nilai-nilai luhur yang tercipta di pesantren adalah sebuah pembentukan kebiasaan yang kemudian melekat dalam jiwa santri. Sebab proses yang terjadi berulang setiap hari, dalam ruang kehidupan santri di pesantren. Hal tersebut kemudian sangat melekat selama bertahun-tahun, bahkan setelah lulus dan keluar dari lingkungan pesantren.

Bagi Gus Dur, nilai luhur yang sudah tertanam dalam jati diri pesantren tidak boleh luntur. Namun, Gus Dur juga tidak ingin para santri hanya berada di ruang keagamaan (Ilahiyah) saja, akan tetapi para santri harus mampu masuk dalam ruang sosial, budaya maupun politik. Maka, Gus Dur mulai memperkenalkan peradapan luar dan memberi wawasan luas terhadap dunia luar.

Salah satu gagasan Gur Dur ialah menyatukan pendidikan yang bersifat tradisional dan modern yakni Gus Dur berupaya memadukan pendidikan Islam yang klasik dan pendidikan dunia luar yang modern tanpa menghilangkan hakikat ajaran Islam (pesantren) tersebut.

Jadi, buah dari hasil pemikiran Gus Dur adalah membumikan tradisi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang multi potensi sehingga pesantren tidak lagi di anggap sebagai pendidikan yang ketinggalan zaman namun, mampu menjadi ikon pendidikan yang kreatif, mandiri dan profesional dengan keunggulannya.

Penulis : Nuril Najmi Kamilia Suganda

Editor : Abbas Hamonangan Harahap

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button