Kegiatan

Komunitas Gusdurian Tunisia, Meneladani 9 Nilai Pemikiran Gus Dur

PCINU Tunisia – Dari segala hal, yang menarik dari Gusdur adalah pemikirannya yang sangat luas, mulai dari Gusdur berbicara tentang keislaman dan toleransi, humanitarianisme universal, soal keindonesiaan, kiai dan pesantren sampai dengan pribumisasi. Maka, dari sini sebagai mahasiswa harus mengambil kesempatan untuk mempelajari nilai-nilai yang lahir dari pemikiran Gusdur.

Demikian yang disampaikan ketua komunitas Gusdurian Tunisia, Muhamad Ansori dalam kajian Gusdurian yang bertemakan “Meneladani Gusdur, Menggerakkan Gusdurian.” Pada Senin, (26/08) di Kantor Sekretariat PCINU Tunisia.

Selama hidupnya, Gusdur konsisten mengajarkan nilai-nilai kebaikan juga memperjuangkan nilai kemanusiaan, keadilan dan kesetaraan. Gus Dur juga selalu membela kaum minoritas dan tertindas. Sosok Gusdur memang tidak pernah habis untuk diulas, berjilid-jilid buku yang menceritakan keteladanan dan perjuangannya.

Sebagai awal mengkaji pemikiran Gus Dur, sekaligus menumbuhkan semangat antar anggota, rasanya lebih pas mengenalkan dulu siapa sosok Gusdur itu sendiri. Maka, Nala Hikmah al-Rahmah sebagai pemantik menyampaikan biografi singkat tentang Gusdur.

“Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gusdur lahir di Jombang, Jawa Timur pada 7 September 1940. Ia lahir dari keluarga terhormat karena sang ayah merupakan anak dari KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama dan Pesantren Tebuireng Jombang. Sedangkan, ibunya ialah anak dari pendiri Pesantren Denanyar Jombang.” Terang Nala memaparkan.

Untuk lebih mengenal Gusdur, Ia selalu mengemas pemikiran, gagasan dan ide-idenya kian relevan diamalkan hingga masa kini. Seperti terdapat sembilan nilai yang lahir dari pemikiran Gusdur diantaranya, ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, kesederhanaan, pembebasan, persaudaraan, kekstriaan dan kearifan tradisi.

Dari kesembilan nilai di atas, ada salah satu nilai yang tidak pernah lepas dari sosok Gus Dur yaitu kesederhanaan. Gus Dur selalu sederhana dalam hal apa pun, karena bagi Gus Dur hidup sederhana itu membuat orang-orang dapat menjalani kehidupannya dengan ringan, santai, apa adanya dan tidak banyak gaya.

Nilai kesederhanaan inilah yang seharusnya menjadi contoh bagi generasi muda sekarang. Dari kebanyakan mereka lebih menuruti gengsi dan memilih terlihat keren di zamannya, yang akhirnya memaksakan diri di luar batas sewajarnya baik dalam makanan, pakaian, perhiasan, kendaraan sampai gaya tempat tinggal.

Dengan adanya kajian Gusdurian, kita dapat memupuk lagi ajaran-ajaran Gus Dur lewat gagasan yang beliau tuliskan. Juga banyak sekali hikmah dan petuah yang bisa kita dapatkan dari nilai keteladanan seorang Gusdur.

Pewarta: Nuril Najmi Kamilia S, Mahasiswi S1 Universitas az-Zaitunah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button