Kegiatan

Refleksi 16 HAKTP, PCINU Tunisia Gelar Webinar dengan Tema “Meneladani Tokoh Intelektual Perempuan Indonesia dan Tunisia, dalam Perkembangan Sosial-Global”

PCINU Tunisia – Dalam rangka memperingati 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan sekaligus Hari Ibu pada minggu, 22 Desember lalu, PCINU Tunisia berkolaborasi dengan PW IPPNU Jawa Barat sukses menyelenggarakan webinar bertema “Refleksi 16 HAKTP: Meneladani Tokoh Intelektual Perempuan Indonesia dan Tunisia, dalam Perkembangan Sosial-Global, pada Sabtu (28/12/24).

Acara yang digelar secara daring melalui platform Zoom Meeting ini berhasil menghadirkan para peserta dari berbagai latar belakang untuk bersama-sama mendiskusikan peran penting perempuan dan intelektual dalam membentuk dinamika sosial-budaya.

Webinar ini tidak hanya bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh dan kontribusi para tokoh intelektual perempuan dari Indonesia dan Tunisia dalam membentuk dinamika sosial-budaya, tetapi juga untuk mengatahui bagaimana kolaborasi antarbudaya melalui peran perempuan dalam memperkuat kesadaran sosial, serta tantangan dan peluang bagi perempuan di kedua negara dalam menggerakkan perubahan.

Webinar dibuka dengan sambutan hangat dari Ketua Tanfidziyah PCINU Tunisia. Kemudian, acara dilanjutkan dengan paparan materi dari para pembicara utama. Giswah Yasminul Jinan, Ketua Lembaga Konseling Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Jawa Barat, berbagi pengalaman dan pandangannya mengenai kontribusi perempuan dan intelektual dalam konteks Indonesia. Sementara itu, Siska, Ketua Fatayat PCINU Tunisia, menyoroti peran perempuan dalam memperkuat kesadaran sosial di Tunisia.

Giswah membagi perkembangan tokoh intelektual perempuan ke dalam empat masa, yaitu masa kolonial, masa pergerakan nasional pra kemerdekaan, dan masa reformasi serta kontemporer. Ia juga mengisahkan tokoh pejuang perempuan seperti R.A. Kartini dan SK Trimurti sebagai role model bagi perjuangan pergerakan perempuan di bidang intelektual. Selain tokoh intelektual perempuan, ia juga memaparkan berbagai lembaga yang bisa mewadahi perjuangan perempuan dari masa ke masa, seperti KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) dan Mubadalah.

Ia kemudian menegaskan bahwa perjuangan perempuan masih panjang, dan memberdayakan para pemikir perempuan lebih banyak lagi adalah salah satu upaya untuk memajukan bangsa Indonesia.

Sementara Siska, dengan konteks perjuangan perempuan di Tunisia menegaskan bahwa perempuan adalah wujud peradaban. Tak hanya sebagai simbol kehidupan dan kesuburan, peran perempuan berpengaruh dalam membangun dan mengembangkan peradaban dalam berbagai ranah, termasuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial. Ia mencontohkan beberapa tokoh perempuan di Tunisia seperti Aisha Al-Manoubia, tokoh feminis Tunisia sebelum abad ke-20.

Ia juga memaparkan sejarah perjuangan hak asasi perempuan di Tunisia beserta para tokohnya seperti Thahir Haddad, Ahlam Bel Hajj, Mounira Al-Ramadi Shabuto, dan Hind Shalabi. Ia menyimpulkan bahwa kemandirian dan keberanian merupakan poin terpenting yang mampu menginspirasi perempuan untuk berani berbicara, didukung oleh pola pikir yang kritis dan bebas, empati, serta solidaritas, dapat menyebabkan terciptanya kesetaraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.

Webinar ini menjadi ajang silaturahmi dan diskusi lintas budaya yang bertujuan untuk memperkaya perspektif global. Para peserta antusias berdiskusi dan berbagi pengalaman, membuka peluang untuk berkolaborasi lebih lanjut dalam memperjuangkan isu-isu perempuan.

Dengan terselenggaranya webinar ini, diharapkan dapat membangkitkan semangat perjuangan dan kontribusi para tokoh intelektual perempuan dalam membangun kerangka masyarakat yang lebih baik.

Aqilah Firyal Haya, Mahasiswi Universitas az-Zaitunah dan Anggota LAKPESDAM PCINU Tunisia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button