Tunisia di Simpang Jalan Budaya Arab dan Mediterania

PCINU Tunisia – Tunisia, sebuah negara kecil di ujung utara benua Afrika, merupakan simpul pertemuan yang menarik antara warisan Arab-Berber, pengaruh Islam dan sentuhan Mediterania. Letaknya yang strategis di pesisir Laut Tengah menjadikannya panggung peradaban sejak zaman kuno dari Fenisia dan Romawi, hingga Islam dan kolonialisme Eropa.
Ibu kota negara Tunisia, Tunis menjadi pusat kebudayaan yang menarik perhatian dunia dengan kekayaan sejarah, tradisi, dan keseniannya. Kota ini telah menjadi saksi perjalanan panjang peradaban yang membentuk identitas budayanya yang khas.
Budaya Tunisia merupakan mozaik yang indah dari berbagai pengaruh sejarah, tradisi, dan modernitas. Yakni terbentuknya perpaduan budaya, bahasa dan nilai-nilai yang unik.
Warisan Arab dan Islam yang Mendalam
Sebagai bagian dari bangsa Arab, bahasa resmi Tunisia adalah bahasa Arab dan Islam menjadi agama mayoritas. Tradisi keagamaan mencerminkan pengaruh kuat Islam Sunni, terutama mazhab Maliki. Salah Satu Kota di Tunisia, kota Kairouan bahkan dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Afrika Utara dan terdapat masjid tertua, Masjid Agung Kairouan.
Universitas az-Zaitunah di Tunis, menjadi pusat Ilmu keislaman klasik yang berdiri sejak abad ke-8. Para ulama besar seperti Ibn Khaldun sosok intelektual Muslim yang lahir dan tumbuh di tanah Tunisia.
Identitas keislaman Tunisia sangat kuat dan membumi namun masih tetap moderat dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Sentuhan Eropa dan Warisan Mediterania
Di sisi lain, kedekatan geografi Tunisia dengan Eropa, khususnya Prancis, membawa pengaruh Mediterania yang tak terbantahkan. Penjajahan Prancis (1881-1956) meninggalkan jejak kuat dalam sistem hukum, pendidikan hingga gaya hidup masyarakat. Bahkan bahasa Prancis masih luas digunakan dalam pendidikan dan pemerintahan.
Budaya kuliner, cara berpakaian hingga arsitektur kota-kota seperti Tunis, Sousse, dan Sfax memperlihatkan nuansa Mediterania yang kental. Tunisia pun berbeda dibanding banyak negara Arab lainnya, seperti dalam hal hak perempuan dan kebebasan berekspreasi.
Kuliner dan Kesenian Kerajinan Tangan
Budaya Tunisia juga tercermin dalam kekayaan kulinernya. Masakan Tunisia merupakan perpaduan cita rasa Mediterania, Arab dan Berber yang menghasilkan hidangan-hidangan unik.
Tunisia juga terkenal dengan kesenian dan kerajinan tangannya yang indah. Seni mosaik, yang diwarisi dari zaman Romawi, masih di praktikkan hingga kini.
Kerajinan tangan seperti pembuatan karpet, keramik, dan barang-barang kuningan juga menjadi bagian penting dari identitas budaya Tunis. Pasar-pasar tradisional di Medina Tunis menawarkan berbagai macam produk kerajinan yang mencerminkan keterampilan dan kreativitas para pengrajin lokal.
Dialektika Identitas: Tantangan dan Peluang
Perpaduan budaya ini tak selalu mulus. Tunisia berada di tengah dialektika antara mempertahanlan nilai-nilai tradisional dan menyesuaikan diri dengan modernitas global.
Namun, di balik tantangan itu, Tunisia berhasil menunjukkan bahwa keberagaman budaya bisa menjadi kekuatan. Perpaduan Arab-Islam dan Mediterania menjadikannya negara yang fleksibel, toleran dan mampu berdialog dengan budaya. Tunisia bisa menjadi model megara Muslim yang menjaga akar tradisi Islam dan terbuka terhadap dunia.
Terakhir, Tunisia adalah cermin dari peradaban yang dinamis berada di tanah Arab, tetapi mengulurkan tangan ke arah Laut Tengah. Ia bukan semata-mata “Arab” atau “Barat”, tetapi sebuah entitas yang membaurkan keduanya dalam cara yang khas. Di simpang jalan budaya ini, Tunisia menunjukkan bahwa identitas tidak harus tunggal dan keberagaman justru bisa menjadi sumber kekuatan.
Editor: Nurul Najma Kamila Hasyim